The main factor that contributing to the highest maternal mortality rate (MMR) in Indonesia, commonly known as “ 4 too much and 3 too late” , which mean too young, too old, too many often maternity and too many kids and too late to reach health facilities, too late to get aid and too late to recognize dangerous signs during pregnancy and deliveries. And all the factors emphasize to cultural and education aspect as one contributing factor, out to other factors such as medical or geographical factors.
In regional context, West Java province is the biggest contributor of maternal mortality rate (MMR) or the highest in Indonesia. Which caused by the inavailability of health facility and uneven health infrastructure and unaccesible, limitation of skilled health worker and probably the policy and politic commitmens of the local government which not on side of the most people condition, especially a mothers.
Pregnancy and childbirth is a special thing, so the public, particularly a mothers rightly to get more information and education during their pregnancy till deliveries. Not only that, the most important thing outside the mothers are their guardians such as a husband or other family members is need to reached by information and education.
Perkumpulan Inisiatif as non-government organization aware of the fact that such concern, and one effort can do are in May 2015 have launched the Bunda TexTalk programme in Sumedanng district, West Java Province. The programme aims to provide information and education to the pregnant women and their family members related about health tips during pregnancy, delivery and post-delivery.
Bunda TexTalk is a program that initiated and implemented by Perkumpulan Inisiatif, which supporter by Hivos Regional South East Asia (ROSEA) under the network of South East Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI) which uses mobile phone technology to provide information and education for the mothers and their guardians. The technology has been designed in May 2014, and has been applied in the rural areas as early as 2015.
The technology used on Bunda TexTalk programme is similar to the other mobile phone technology has been widely used in health sector, that used a short messages services as the main features.The excess of Bunda TexTalk precisely not on the technology, but considering the social relationship and social capital that already exist as the health effort based community empowerment in rural areas is the core of the programme. In short, the technology was managed collectively by health workers which is village midwife and health volunteers (kader posyandu). They work integrated to formulated the information messages with local languange and set up the messages schedule to a mothers and their husband periodically in their villages.
The operationalisation of the technology relies on community empowerment that puts the social capital and relations, which more economies but effective to be accepted by public, especially a mothers and thei guardians/family members. It means that the social relations that already exist was strengthened by this technology. In other words, Bunda TexTalk programme puts approaches from grassroot (bottom-up) to horisontal approach (peer to peer) in applied the technology. This programme belief that the marternal mortality rate (MMR) or infant can be prevented by strengthening the social capital and relationship that will encourage the social solidarity in rural community itself.
Quoting proverbs thats “ a new power is was not a money in the grip of some people, but the information and knowledge in the hands of many people”. Bunda TexTalk promoted “From All Mother, To All Mother” as the motto’s.
CP: Rizki Estrada (Program Officer Bunda TexTalk)
HP; 0877-2614-1221; email: estrada.callofduty@gmail.com
Presented on the Bunda TexTalk Launched that held on Hotel Jatinangor, 28 Mei 2015.
Faktor utama penyumbang tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia umum dikenal dengan sebutan “4 terlalu dan 3 terlambat” yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering Melahirkan dan Terlalu Banyak serta Terlambat mencapai fasilitas, terlambat pertolongan dan terlambang mengenali tanda bahaya semasa kehamilan dan persalinan. Dan faktor tersebut menekankan pada aspek kultur dan pendidikan sebagai salah satu faktor penyebabnya, di samping faktor lain seperti medis dan geografis.
Dalam konteks kewilayahan, Jawa Barat merupakan kontributor terbesar penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Indonesia, yang diakibatkan di antaranya oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dan infrastruktur kesehatan yang tidak merata dan sulit diakses, keterbatasan tenaga kesehatan terampil dan mungkin kebijakan dan komitmen politik pemerintah daerah yang tidak berpihak pada kondisi masyarakat, terutama para ibu.
Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang istimewa, oleh karenanya masyarakat, khususnya para ibu sudah sepantasnya mendapatkan lebih banyak informasi dan pendidikan semasa kehamilan dan persalinan, bukan hanya itu, hal terpenting lainnya di samping para ibu, para pendamping seperti suami atau anggota keluarga lainnya juga teramat penting.
Perkumpulan INISIATIF sebagai organisasi non-pemerintah (NGO) sadar akan kenyataan yang memprihatinkan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan INISIATIF, pada Mei 2015 meluncurkan Progam Bunda TexTalk di Kabupaten Sumedang. Program ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pendidikan kepada ibu hamil dan anggota keluarganya berkaitan tentang kiat kesehatan semasa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Bunda TexTalk adalah program yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh Perkumpulan INISIATIF, yang didukung oleh HIVOS Regional South East Asia (ROSEA) dan Jaringan pendukung SEATTI ( South East Asia Technology and Transparentcy Initiative) yang menggunakan teknologi SMS berbasis telepon selular untuk memberikan informasi dan pendidikan para ibu hamil dan pendampingnya. Bunda TexTAlk telah dirancang secara Mei 2014, dan telah diterapkan dalam kontek wilayah desa pada awal 2015.
Inovasi teknologi SMS yang digunakan pada Bunda TexTAlk adalah serupa dengan teknologi SMS lainnya yang telah banyak digunakan di sektor kesehatan. Kelebihannya justru bukan pada teknologinya, akan tetapi Bunda TexTalk mengedepankan upaya peningkatan kesehatan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan modal sosial dan relasi sosial yang telah ada, khususnya di masyarakat pedesaan. Singkatnya, pengelolaan teknologi SMS, perumusan pesan informasi edukatif dan pengaturannya dikelola secara kolektif antara perpaduan tenaga kesehatan (bidan desa), kader kesehatan, anggota masyarakat desa dan anggota rumah tangga para ibu hamil.
Pengelolaan teknologi SMS yang tertumpu pada pemberdayaan masyarakat yang mengedepankan modal dan relasi sosial, selain ekonomis pendekatan ini jauh lebih efektif diterima oleh masyarakat, terutama para ibu hamil dan pendampingnya, sebab relasi sosialnya yang telah ada turut pula dikuatkan dengan adanya SMS ini. Singkatnya, Bunda TexTalk lebih mengedepankan pendekatan dari bawah (bottom-up) dan horizontal (peer to peer) dalam pengoperasian layanan SMS tersebut. Dengan kata lain, bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) atau Bayi (AKB) dapat dicegah dengan memperkuat modal dan relasi sosial yang akan mendorong terbangungnya solidaritas sosial di tengah masyarakat itu sendiri. Kolaborasi kerjasama antara tenaga kesehatan, kader kesehatan, anggota masyarakat dan keluarga adalah kunci utamanya.
Mengutip peribahasa bahwa “Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, namun informasi dan pengetahuan di tangan banyak orang”, membangun sebuah motto dari Bunda TexTalk ini yaitu “From All Mother, To All Mother”.
CP: Rizki Estrada (Program Officer Bunda TexTalk)
HP; 0877-2614-1221; email: estrada.callofduty@gmail.com
Disampaikan pada peluncuran program di Hotel Jatinangor, 28 Mei 2015.