Sebelum Sekolah Politik Anggaran sebenarnya kami dulu sering diajak berdiskusi dengan Pak Nur Hidayat soal Kabupaten Pacitan terkait isu kemiskinan dan ekonomi. Di lain waktu Pak Nur Hidayat mencoba mengangkat isu itu melalui program KKN di STIT Muhammadiyah Pacitan bekerja sama dengan program Grindulu Mapan dari Pemkab Pacitan. Kami dikenalkan dan dididik melalui kerja nyata di masyarakat selama kurang lebih 1 bulan yang bertempat di daerah Bomo dan Kendal, Kecamatan Punung serta daerah Dersono, Kecamatan Pringkuku. Personil kami ada 10 mahasiswa, yang kemudian akan menjadi mentor di program KKN kampus. Alhamdulillah dengan berbagai cobaan kami dapat melaksanakan tugas tepat waktu dengan hasil terbaik berdasarkan respon dari Pemkab Pacitan. Kami juga beberapa kali meeting dengan Bapeda dan juga Bupati Pacitan. Itu merupakan pengalaman pertama di tahun 2014, masa-masa pengenalan tentang pemberdayaan masyarakat desa.
Setelah kegiatan semua selesai sebenarnya Pak Nur Hidayat sering mengungkapkan harapannya untuk mendidik para aktivis mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat desa dengan model sekolah atau training minimal 3 bulan sampai 6 bulan agar lebih profesional dalam berkarya.
Dan pada tahun 2017 inilah terealisasi harapan Pak Nur Hidayat dan kami, dengan bergulirnya Sekolah Politik Anggaran (SEPOLA) yang terselenggara atas kerjasama Perkumpulan Inisiatif, TAF (The Asia Foundation), dan LP3M STIT Muhammadiyah Pacitan dalam kerangka Program Kompak.
Selama kami menimba ilmu di SEPOLA ini banyak hal menarik dan ilmu pengetahuan baru tentang politik anggaran kabupaten, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan yang lainnya. Harapan kami, dengan belajar di SEPOLA Kabupaten adalah dapat membantu pemerintah daerah melayani masyarakat tanpa terkecuali. Hak dan kewajiban yang berkeadilan, sistem, provider, user merupakan satu paket dalam tata kelola pemerintahan.
Selepas Sekolah Politik Anggaran selama seminggu akhirnya ada keputusan untuk menyelenggarakan ToT (Training of Trainer) SEPOLA Desa di Panggul Kabupaten Trenggalek selama 3 hari. Kami banyak diajari tentang berkomunikasi dengan peserta SEPOLA Desa, memfasilitasi peserta sampai micro-teaching seluruh materi. Penyusunan silabus juga diajarkan, di hari terakhir. Kami sadar dari ToT kemarin, masih sangat kurang mendalami materi karena dalam praktiknya di masyarakat jauh berbeda. Banyak dinamika yang sangat kultural sehingga membutuhkan kecerdasan dan kecermatan diri dalam memfasilitasi masyarakat supaya melek anggaran desa secara utuh.
Dalam praktik lapangan, kami sebagai fasilitator SEPOLA Desa selama 6 hari kami berlima saling bahu-membahu kerja tim meskipun semua personil telah dibagi materinya sendiri-sendiri. Setiap hari, terus evaluasi materi dan penyampaian metode fasilitasi yang digunakan. Seiring dengan berjalannya waktu, semua dapat dijalani dengan sebaik-baiknya, namun masih sebatas pengenalan dan menyampaikan pengetahuan tentang politik anggaran. Mulai dari materi desa membangun, pelayanan publik, perencanaan, penganggaran, dan pengawasan menuju desa yang inklusif, RPJMDesa, RKPDesa, APBDesa, advokasi, hingga praktik buat sketsa desa, kalender musim, diagram venn…, kajian masalah dan potensi,
Semoga dengan tulisan pengalaman sederhana ini kami pribadi sangat berharap di Desa Tahunan terus dikawal hingga tuntas. Alumni SEPOLA Desa adalah aset bagi Desa Tahunan menuju masyarakat sejahtera. Banyak potensi yang dapat dikembangkan di Desa Tahunan melalui BUMdesa sebagai roda penggerak perekonomian desa.