Peserta mendambakan banyak praktik menulis, tetapi yang didapat adalah serangkaian paparan demi paparan dari narasumber. Itulah yang mengemuka di akhir pelatihan jurnalisme warga dari program Reform the Reformers.
Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 27-30 September 2014 di Hotel Mercure Alam Sutera, Serpong, Tangerang ini, mendatangkan narasumber dari media sosial Kompasiana. Narasumbernya sendiri yang mengisi sesi demi sesi pelatihan secara bergantian, yaitu Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnaen dan Nurulloh. Para pesertanya berasal dari Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Pelatihan ini dimaksudkan agar para peserta dibekali ketrampilan menulis untuk mengisi portal www.reformthereformers.org. Sayangnya, narasumber banyak memakai rujukan Kompasiana. Bahkan peserta diajar bagaimana mengisi portal Kompasiana dibandingkan mengisi portal reformthereformers.
Di tengah sesi terungkap bahwa sebenarnya desain portal reformthereformers berbeda dengan Kompasiana. Di Kompasiana sudah mengembangkan sistem rating tulisan untuk menghargai karya kepenulisan seseorang. Tulisan yang banyak dibaca akan bertahan lama di halaman depan. Ada juga penilaian oleh pengelola Kompasiana terhadap mutu tulisan yang masuk. Seiring perjalanan waktu Kompasiana mengembangkan lagi penghargaan dengan membuat halaman cetak di harian KOMPAS untuk menampung tulisan-tulisan yang layak.
Di akhir pelatihan muncul aspirasi untuk mengembangkan sistem penghargaan terhadap karya-karya yang dimuat di portal reformthereformers.
Soal minimnya praktik, Dwijoko selaku pihak penyelenggara mengakui bahwa pendekatan writing advocacy mungkin lebih cocok dengan program Reform the Reformers. Dia juga mengakui masih awamnya narasumber terhadap dunia advokasi, sehingga mereka kurang bisa mengarahkan pilihan topik tulisan yang greget untuk kegiatan advokasi. Materinya masih lebih dekat ke jurnalisme umum. (pius widiyatmoko).