16 Juli 2017, saya diundang oleh kawan-kawan Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK) Angkatan ke-19 untuk berbagi pengalaman tentang advokasi anggaran.
Kawan-kawan UKSK ingin mengkaji tata kelola pengelolaan universitas dari mulai perencanaan-penganggaran-pelaksanaan-pertanggungjawaban-pengawasan. Kemudian bagaimana struktur universitas, kelembagaan apa saja yg ada dan bagaimana hubungan antar lembaga tersebut. Jika dalam sistem pemerintahan dikenal dengan Trias Politica, Eksekutif-Legislatif-Yudikatif, pertanyaannya sistem di universitas seperti apa?
Mereka pun terdorong untuk mengkaji dari sudut hak dasar, apa saja hak-hak mahasiswa. Khususnya soal transparansi anggaran universitas. Mengacu pada UU Keterbukaan Informasi Publik, mahasiswa berhak meminta dan mendapatkan dokumen informasi anggaran universitas. Tapi pada praktiknya hal ini sulit diakses dan tidak pernah dipublikasikan kepada mahasiswa.
Saya masih teringat UKSK ini pertama kali saya dan 13 orang kawan lainnya dirikan pada hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2000. UKSK merupakan UKM baru di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang fokus melakukan kajian terhadap permasalahan sosial masyarakat, melakukan praktik pengorganisasian masyarakat untuk terwujudnya perubahan sosial.
Saya masih ingat, ketika pertama terbentuk UKSK, saya adalah pendiri dan ketua pertama perempuan. Bahagia diundang oleh adik-adik UKSK yang saat ini sudah tumbuh berkembang, dan telah mencapai 19 generasi.
Banyak dari mereka yg telah menorehkan karya yang luar biasa untuk kemajuan bangsa ini. Ada jurnalis, guru di daerah terpencil, dosen, sejarawan, sastrawan, budayawan, penyair, aktivis, dan masih banyak lainnya.
Dalam diskusi hari minggu itu, saya bertemu dengan sosok perempuan mungil bernama Figia. Saya memanggilnya Gia. Dia mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia Angkatan 2012, aktif di UKSK di Departemen Pendidikan.
Dia pintar memainkan gitar dan piano. Memiliki grup musik yang fokus pada musikalisasi puisi. Grup musiknya bernama BARETI, yg terbentuk pada 9 Juli 2017, terdiri dari Yulissa pemain Biola, Fajar Gitar dan Grandis Vokalis.
Hari itu diskusi advokasi anggaran diakhiri dengan pementasan musikalisasi puisi oleh Gia dengan suaranya yang merdu. Gia menyanyikan lagu Pada Suatu Pagi Hari karya Sapardi Djoko Damono. Serta Monumen Bambu Runcing karya Wiji Thukul.
Musikalisasi Puisi Mengiringi Diskusi Advokasi Anggaran
Wulandari adalah anggota Perkumpulan Inisiatif yang sudah lama bergelut didunia aktivisme. Saat ini, beliau mengelola Badan Otonom Pusat Pendidikan Kader (PUSDIK) yang salah satu tugasnya adalah mengelola pendidikan untuk meningkatkan literasi, partisipasi dan kapasitas advokasi anggaran untuk masyarakat sipil yaitu Sekolah Politik Anggaran (SEPOLA). Bisa dihubungi di wulandari@inisiatif.org dan wulandariinisiatif@gmail.com.
Leave a comment
Leave a comment