International Budget Partnership (IBP) mengundang semua mitra jaringan pembelajaran untuk isu anggaran pada tanggal 2 – 4 April di Dakar, Senegal, Afrika Barat. Pada kesempatan ini, Perkumpulan Inisiatif dan organisasi mitra IBP lainnya di kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa diundang IBP untuk mengemukakan pengalamannya dalam mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas anggaran.
Setiap mitra berbagi pengalaman tentang hambatan, tantangan, keterbatasan dan keberhasilan dalam mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas anggaran publik. Juga bagaimana dampak anggaran berkontribusi signifikan untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan.
2 April 2019
Pada hari pertama, sesi acara dimulai dengan sambutan dari Direktur Eksekutif IBP, Direktur Eksekutif ONG3D dan Contry Manager IBP di Senegal. Kemudian dilanjutkan dengan sesi perkenalan dan penjelasan agenda pertemuan mitra jaringan pembelajaran IBP.
Warren Krafchik sebagai Direktur IBP kemudian memaparkan tren internasional kebijakan fiskal, bagaimana pendapatan negara dari pajak dan pengeluaran/belanja negara. Sesi ini mendiskusikan tren utama dan risiko yang muncul ke depan yang akan dihadapi oleh masyarakat sipil.
Sesi selanjutnya adalah World Café. Sesi ini berisi berbagi pengalaman dari 4 organisasi masyarakat sipil yaitu Nicholas Lekule dari Policy Forum Tanzania, Asadullah dari CBGA India, Nathalie Beghin dari INESC Brazil dan Carlos Brown Sola dari Fundar Mexico, dalam melakukan kerja-kerja analisis dan advokasi anggaran dari sisi pendapatan/pajak dan pengeluaran/belanja negara. Setiap peserta dibagi kelompok dan masing-masing kelompok bergiliran mengunjungi 4 organisasi masyarakat sipil tersebut serta mendengarkan pengalaman dan berdiskusi dengan mereka.
3 April 2019
Pada hari kedua, sesi dimulai dengan review pembelajaran hari pertama. Kemudian, presentasi tentang diskriminasi dalam penganggaran. Ada dua narasumber dalam sesi ini yaitu Beena Pallical dari NCDHR India dan Lourdes Beatriz Molina dari ICEFI Guatemala.
Fasilitator diskusi pada sesi ini yaitu Paolo de Renzio dari IBP. Beena menjelaskan tentang bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami oleh Suku Dalit di India yang merupakan kasta terendah. Mereka sangat terdiskriminasi secara sosial, budaya, ekonomi dan politik. NCDHR mendorong bagaimana alokasi anggaran di India berdampak baik untuk meningkatkan derajat kehidupan Suku Dalit.
Konteks Guatemala fokus pada masyarakat adat yang terpinggirkan oleh pembangunan. ICEFI mencoba menganalisis anggaran dan program-program pemerintah yang penerima manfaatnya adalah masyarakat adat yang terpinggirkan, menghitung jumlahnya, dampaknya dan temuan-temuan diskriminasinya.
Sesi selanjutnya adalah pemaparan dari Jason Lakin sebagai kepala penelitian di IBP. Jason menjelaskan bahwa sejumlah mitra IBP telah melakukan penelitian tentang kredibilitas anggaran. Kemudian IBP telah mengumpulkan dan menganalisis hasil temuan dari para mitranya tentang kredibilitas anggaran dan mengajak para mitranya untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya.
Setelah makan siang, sesi dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan 4 tema yang berbeda yaitu: (1) Keberlanjutan organisasi; (2) Penganggaran program; (3) Pengeluaran pajak dan (4) Tujuan pembangunan berkelanjutan dan anggaran publik. Setiap peserta memilih satu tema.
Dalam sesi ini, satu orang dari Perkumpulan Inisiatif memilih untuk tema keberlanjutan organisasi dengan fasilitator diskusi yaitu George Osei Bimpeh dari SEND Ghana. Kemudian satu orang lainnya dari Perkumpulan Inisiatif memilih tema penganggaran program dengan fasilitator Jason Lakin dari Kepala Penelitian IBP.
Dalam diskusi keberlanjutan organisasi, kami berbagi pengalaman tentang tantangan keberlanjutan organisasi dalam bentuk tata kelola organisasi baik itu keuangan, administrasi, sumber daya manusia dan inovasi untuk pengembangan kelembagaan. Di antara organisasi masyarakat sipil yang berdiskusi dalam sesi ini ada yang memamparkan tentang kesulitan pendanaan untuk menjalankan organisasi. Beberapa dari mereka ada yang memilih strategi merumahkan stafnya sampai ada juga yang mengeluarkan stafnya yang menurut mereka kurang potensial.
Strategi lain yang dipilih ada yang tetap mempertahankan organisasi agar tetap ramping, tidak menambah staf tapi mereka merekrut orang sesuai keahliannya dengan waktu kerja yang ditentukan sesuai output program. Tantangan lainnya adalah kehilangan sumber daya manusia yang sudah handal di organisasi kemudian orang tersebut mengundurkan diri karena lebih memilih pekerjaan di tempat lain dengan gaji yang lebih besar.
Sementara dalam sesi penganggaran program, Jason memaparkan hasil penelitiannya yang telah dilakukan di 4 negara. Dalam kesempatan ini, Perkumpulan Inisiatif berkesempatan juga membagi pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dari kajian pelaksanaan penganggaran yang berbasis kinerja di sektor kesehatan.
Dari hasil diskusi terungkap bahwa secara umum, sebagian besar negara telah menerapkan penganggaran berbasis program dengan berbagai variasinya, dan dengan capaian yang berbeda beda. Beberapa negara yang baru saja mengadopsi penganggaran berbasis kinerja, rata-rata masih menghadapi tantangan dan kesulitan yang cukup besar.
Pengadopsian dan pengimplementasian penganggaran berbasis kinerja, walaupun dalam hal gagasan sepertinya sederhana, pada praktiknya sangat sulit dan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yang umum dihadapi adalah resistensi dari birokrat pelaksana anggaran, sulitnya meningkatkan kapasitas aparat/birokrat pemerintah, dan kesulitan dalam merumuskan program, tujuan akhir (outcome), dan keluaran (output) yang terukur.
4 April 2019
Pada hari terakhir pertemuan mitra jaringan pembelajaran IBP, 4 April 2019, sesi dimulai dengan review dari peserta tentang proses pembelajaran pada hari kedua. Selanjutnya adalah presentasi tentang keterbukaan data anggaran. Ada dua orang narasumber dalam sesi ini yaitu Volodymyr Tarnai dari Centre Eidos Ukraina dan Dalile Antunez dari ACIZ Argentina.
Kedua narasumber memaparkan pengalaman mereka dalam mengembangkan portal anggaran dalam sistem informasi. Mereka belajar memformulasikan dokumen-dokumen anggaran dalam satu sistem informasi sehingga bisa mudah dibaca dan dianalisis. Mereka mengembangkan tools analisis anggaran dalam sistem informasi teknologi komputerisasi.
Sesi selanjutnya adalah World Café yaitu berbagi pengalaman dalam melibatkan berbagai pelaku kepentingan dari pemerintah dan luar pemerintah untuk bekerja dalam koalisi bersama untuk isu anggaran. Ada 4 organisasi yang berbagi pengalaman dalam sesi ini. Setiap peserta dibagi kelompok dan masing-masing kelompok bergiliran mengunjungi 4 organisasi masyarakat sipil tersebut serta mendengarkan pengalaman dan berdiskusi dengan mereka.
Pertama, Nicholas Lekule dari Policy Forum yang menginisiasi CSO di Tanzania untuk berkoalisi dan mendorong perubahan kebijakan anggaran kepada anggota legislatif. Kedua, Dalile Antunez dari ACIJ Argentina yang melakukan koalisi dengan lembaga audit negara untuk mendorong perubahan tata kelola anggaran yang lebih baik. Ketiga, Alejandro Rodriguez Llach dari Dejusticia Colombia, yang melakukan koalisi dengan lembaga peradilan untuk isu anggaran. Keempat, Beena Pallical dari NCDHR India yang melakukan koalisi dengan semua CSO di India untuk isu anggaran.
Sesi terakhir adalah penjelasan tentang program Leadership Development Initiative (LDI) yang dilaksanakan oleh International Budget Partnership (IBP). LDI dimaksudkan untuk membantu memperkuat kepemimpinan organisasi masyarakat sipil dalam isu anggaran. Ada 12 orang aktivis anggaran yang terpilih dalam program LDI dan akan diperkuat kapasitasnya dalam kepemimpinan.