Bulan September tahun 2009 menjadi bulan yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat di Kabupaten Bandung. Betapa tidak, gempa berkekuatan tujuh skala richter menggoncang Kabupaten Bandung dalam beberapa menit. Hasilnya, sepuluh orang meninggal dunia, ribuan orang korban ringan serta lebih dari sepuluh ribu unit termasuk sekolah, masjid dan fasilitas sosial lainnya hancur.
Komitmen Lemah
Pada kondisi itu seharusnya Pemerintah Kabupaten Bandung dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjadi tokoh utama dalam proses tanggap darurat serta pemulihan. Namun demikian, di lapangan hal itu tidak terjadi. Gelontoran dana yang dikeluarkan untuk korban gempa bukan berasal dari dana Anggaran Pemerintahan Daerah (APBD) Kabupaten Bandung. Gelontoran dana tersebut berasal dari bantuan keuangan Provinsi Jawa Barat.
Adapun dana dari APBD Kabupaten Bandung urung dikeluarkan karena terganjal oleh rapat pembahasan APBD perubahan antara pihak pemerintah Kabupaten Bandung dengan DPRD. Pada waktu itu rapat pembahasan anggaran korban gempa tidak jelas waktu pelaksanaannya.
Ditenggarai rapat pembahasan itu urung dilaksanakan karena adanya konflik kepentingan antara pihak eksekutif dengan legislatif. Dan juga menjelang pemilihan Bupati Kabupaten Bandung yang akan diselenggarakan pada tahun 2010. “ Masalah uang adalah masalah yang sensitif, apalagi menjelang pemilihan bupati pada tahun 2010 yang tentu saja memerlukan banyak uang” begitu ungkap Umar, laki-laki kelahiran Majalaya tiga puluh enam tahun lalu yang juga saat ini menjadi koordinator program aliansi strategis pengurangan kemiskinan di Kabupaten Bandung.
Umar Alam yang waktu itu duduk sebagai Direktur Pusat Sumber Daya Komunitas (PSDK) Kabupaten Bandung, memandang bahwa hal tersebut tidak patut dilakukan oleh para wakil rakyat. Akibat konflik politik tersebut, Umar Alam bersama korban gempa di Kabupaten Bandung berkumpul untuk memaksa pemerintah dan anggota lesgislatif untuk segera melaksanakan rapat pembahasan anggaran perubahan untuk korban gempa di Kabupaten Bandung.
Bersama seluruh masyarakat korban gempa di Kabupaten Bandung, Umar Alam mendirikan Solidaritas Masyarakat Korban Gempa (SMKG) wadah berkumpulnya masyarakat korban gempa untuk menuntut pemerintah dan anggota legislatif menggelontorkan dana untuk untuk korban gempa.
Bersama SMKG, Umar Alam menyimpulkan bahwa masalah yang sebenarnya adalah ketidak mauan pemerintah serta lemahnya komitmen politik eksekutif dan legislatif terhadap masyarakat korban gempa. Pada dasarnya Umar Alam memandang bahwa masalah anggaran gempa adalah masalah politik. Harus ada politikus yang betul-betul berkomitmen kepada rakyat, tanpa melihat partai asal politikus tersebut.
Pada prakteknya, kondisi tersebut mendorong Umar Alam untuk maju sebagai “ boga lalakon” dalam arena politik di Kabupaten Bandung. Umar Alam memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif di Kabupaten Bandung daerah pemilihan lima di Kecamatan Majalaya, Ibun, Paseh dan Solokan Jeruk.
Umar Alam, atau lebih sering di sebut Kang Umar merupakan putra asli kelahiran Majalaya tiga puluh enam tahun lalu. Umar kecil lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang penjahit rumahan di Majalaya. Umar merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.
Umar kecil sangat terkesan dengan masa kecil bersama keluarga, terutama oleh sang ayah. Dalam pandangan Umar sang ayah adalah orang yang luar biasa. Walaupun bukan orang hebat, namun ayahnya tidak pernah bosan memberikan contoh, memberikan nasihat serja mengajak Umar untuk selalu peduli dan berbuat baik kepada orang lain.
“Walaupun kita sendiri berada dalam keterbatasan bukan berarti kita tidak harus berbuat kebaikan, justru keterbatasan tersebut seharusnya menjadi modal dan motivasi untuk berbuat kebaikan” begitu ungkap Umar beberapa waktu lalu di kediamannya sambil menikmati segelas kopi hitam kegemarannya sejak dulu.
Pelajaran dari sang ayah tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupannya sampai dengan sekarang. Atas dasar membangun kepedulian terhadap sesama Umar tumbuh dan berkembang sekaligus menjalani kehidupannya dengan tanpa henti membangun kepedulian terhadap sesama.
Bersama komunitas masyarakat Generasi Muda Majalaya (GMM), yang ia pernah menjadi ketua dan sekarang menjadi dewan Pembina, Umar banyak terjun ke masyarakat Majalaya dan sekitarnya. Di GMM, Umar mengajak seluruh pemuda Majalaya dan sekitarnya untuk peduli terhadap sesama rakyat.
Di GMM, Umar memandang bahwa pemuda sebagai masyarakat yang berpotensi besar untuk membangun kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pemuda, termasuk di dalamnya GMM harus senantiasa peduli dan mau berbuat banyak untuk sesama rakyat.
Berbarengan dengan aktivitas di GMM, Bersama aktivis yang berasal dari daerah yang dialiri oleh Sungai Citarum, Umar Alam mendirikan Pusat Sumber Daya Komunitas (PSDK) sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang isinya terdiri dari aktivis-aktivis lingkungan yang berasal dari daerah yang dialiri oleh Sungai Citarum.
Bersama PSDK, Umar terjun lebih jauh dalam upaya memperbaiki kerusakan lingkungan yang begitu parah di Kabupaten Bandung. Bersama PSDK, Umar Alam mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa permasalahan lingkungan pada akhirnya juga adalah permasalahan komitmen politik dari pihak eksekutif dan legislatif.
Ketidakseriusan dan lemahnya komitmen pemerintah dalam hal upaya memperbaiki lingkungan merupakan problem utamanya. “ Salah satu lemahnya komitmen pemerintah dapat dilihat pada permasalahan limbah pabrik di Majalaya dan gundulnya hutan-hutan di daerah dataran atas di Kabupaten Bandung. Jika memang pemerintah dan anggota dewan punya komitmen dan keberpihakan yang jelas dan kuat masalah limbah dan gundulnya perbukitan tersebut harus bisa teratasi” ungkap Umar dengan kalem.
Selesai menjadi Direktur PSDK, komitmen kepedulian terhadap rakyat Kabupaten Bandung tidak berhenti. Kali ini Umar Alam didaulat untuk menjadi direktur dari Forum Diskusi Anggaran (FDA), sebuah forum gabungan seluruh masyarakat sipil di Kabupaten Bandung yang peduli pada keberpihakan anggaran terhadap rakyat.
Bersama FDA, Umar Alam sekuat tenaga mendorong pemerintah untuk mengalokasikan dana yang lebih berpihak kepada rakyat.
Di FDA, Umar Alam semakin memahami bahwa permasalahan anggaran bukanlah pada ada atau tidaknya anggaran, namun terletak pada komitmen pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang ada. Kesadaran itu semakin menguat ketika di FDA, Umar Alam berhasil mendorong penggratisan biaya kesehataan bagi masyarakat di setiap puskesmas di Kabupaten Bandung.
Sebagai dampak dari keterlibatanya tersebut, pemerintah pusat melalui kementerian kesejahteraan rakyat mendaulat Umar Alam untuk menjadi kordinator Program Aliansi Strategis untuk Pengurangan Kemiskinan di Kabupaten Bandung, atau lebih sering disebut dengan program SAPA. Sampai dengan sekarang Umar Alam masih menjadi kordinator program SAPA di Kabupaten Bandung.
Membuka Jalan
Namun demikian, di antara pengalamannya dalam membangun komitmen dan kepedulian terhadap masyarakat, keputusan untuk menjadi calon anggota legislatif bukanlah hal yang gampang untuk direalisasikan. Sejumlah tantangan siap menghadang di jalan.
Salah satu tantangan untuk mewujudkan tekadnya menjadi anggota legislatif adalah budaya politik uang yang berkembang di saat pemilihan wakil rakyat. Menghadapi situasi seperti ini Umar Alam mengatakan dengan tegas tidak akan mengikuti budaya tersebut.
Menghadapi situasi tersebut, Umar Alam akan lebih memilih untuk menjalankan strategi tanpa politik uang. Ia akan memilih jalan membangun kesadaran politik masyarakat tanpa membagi-bagikan uang kepada rakyat.
Dalam pandangan Umar Alam, ketika budaya politik uang tersebut diterapkan hal tersebut sama saja dengan membuat masyarakat semakin bodoh dan semakin memundurkan harkat dan derajat masyarakat. “Bagi saya politik itu harus mampu meningkatkan harkat dan derajat masyarakat itu sendiri, jangan sampai malah menurunkan harkat dan derajat masyarakat itu sendiri” pungkasnya.
Umar Alam akan lebih membangun dialog-dialog langsung dengan masyarakat tanpa membagikan uang dan memberikan janji-janji palsu kepada masyarakat. Selain membangun dialog yang efektif dengan masyarakat, Umar Alam juga akan membangun kerja sama dan kerja-kerja kerelawanan dengan berbagai kalangan yang setuju dengan strateginya dalam meraih suara.
Umar Alam menyadari bahwa menentang arus politik uang yang sedang berkembang bukanlah hal gampang, namun juga bukan hal mustahil. Umar Alam meyakini bahwa hal tersebut bisa dilaksanakan.
Oleh karena itu, Umar Alam menyatakan bahwa langkahnya terjun ke dalam wilayah politik dengan jalan membangun politik tanpa uang adalah ikhtiar dalam membangun jalan baru dalam berpolitik. Jalan baru tersebut adalah jalan tanpa politik uang dan janji-janji palsu seperti yang lain. “ Saya memang sedang membangun jalan politik menuju kesejahteraan rakyat yang sejati, bukan jalan lama yang dibangun dan dikembangkan oleh calon anggota legislatif yang lain”
Bulan September tahun 2009 menjadi bulan yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat di Kabupaten Bandung. Betapa tidak, gempa berkekuatan tujuh skala richter menggoncang Kabupaten Bandung dalam beberapa menit. Hasilnya, sepuluh orang meninggal dunia, ribuan orang korban ringan serta lebih dari sepuluh ribu unit termasuk sekolah, masjid dan fasilitas sosial lainnya hancur.
Komitmen Lemah
Pada kondisi itu seharusnya Pemerintah Kabupaten Bandung dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjadi tokoh utama dalam proses tanggap darurat serta pemulihan. Namun demikian, di lapangan hal itu tidak terjadi. Gelontoran dana yang dikeluarkan untuk korban gempa bukan berasal dari dana Anggaran Pemerintahan Daerah (APBD) Kabupaten Bandung. Gelontoran dana tersebut berasal dari bantuan keuangan Provinsi Jawa Barat.
Adapun dana dari APBD Kabupaten Bandung urung dikeluarkan karena terganjal oleh rapat pembahasan APBD perubahan antara pihak pemerintah Kabupaten Bandung dengan DPRD. Pada waktu itu rapat pembahasan anggaran korban gempa tidak jelas waktu pelaksanaannya.
Ditenggarai rapat pembahasan itu urung dilaksanakan karena adanya konflik kepentingan antara pihak eksekutif dengan legislatif. Dan juga menjelang pemilihan Bupati Kabupaten Bandung yang akan diselenggarakan pada tahun 2010. “ Masalah uang adalah masalah yang sensitif, apalagi menjelang pemilihan bupati pada tahun 2010 yang tentu saja memerlukan banyak uang” begitu ungkap Umar, laki-laki kelahiran Majalaya tiga puluh enam tahun lalu yang juga saat ini menjadi koordinator program aliansi strategis pengurangan kemiskinan di Kabupaten Bandung.
Umar Alam yang waktu itu duduk sebagai Direktur Pusat Sumber Daya Komunitas (PSDK) Kabupaten Bandung, memandang bahwa hal tersebut tidak patut dilakukan oleh para wakil rakyat. Akibat konflik politik tersebut, Umar Alam bersama korban gempa di Kabupaten Bandung berkumpul untuk memaksa pemerintah dan anggota lesgislatif untuk segera melaksanakan rapat pembahasan anggaran perubahan untuk korban gempa di Kabupaten Bandung.
Bersama seluruh masyarakat korban gempa di Kabupaten Bandung, Umar Alam mendirikan Solidaritas Masyarakat Korban Gempa (SMKG) wadah berkumpulnya masyarakat korban gempa untuk menuntut pemerintah dan anggota legislatif menggelontorkan dana untuk untuk korban gempa.
Bersama SMKG, Umar Alam menyimpulkan bahwa masalah yang sebenarnya adalah ketidak mauan pemerintah serta lemahnya komitmen politik eksekutif dan legislatif terhadap masyarakat korban gempa. Pada dasarnya Umar Alam memandang bahwa masalah anggaran gempa adalah masalah politik. Harus ada politikus yang betul-betul berkomitmen kepada rakyat, tanpa melihat partai asal politikus tersebut.
Pada prakteknya, kondisi tersebut mendorong Umar Alam untuk maju sebagai “ boga lalakon” dalam arena politik di Kabupaten Bandung. Umar Alam memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif di Kabupaten Bandung daerah pemilihan lima di Kecamatan Majalaya, Ibun, Paseh dan Solokan Jeruk.
Umar Alam, atau lebih sering di sebut Kang Umar merupakan putra asli kelahiran Majalaya tiga puluh enam tahun lalu. Umar kecil lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang penjahit rumahan di Majalaya. Umar merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.
Umar kecil sangat terkesan dengan masa kecil bersama keluarga, terutama oleh sang ayah. Dalam pandangan Umar sang ayah adalah orang yang luar biasa. Walaupun bukan orang hebat, namun ayahnya tidak pernah bosan memberikan contoh, memberikan nasihat serja mengajak Umar untuk selalu peduli dan berbuat baik kepada orang lain.
“Walaupun kita sendiri berada dalam keterbatasan bukan berarti kita tidak harus berbuat kebaikan, justru keterbatasan tersebut seharusnya menjadi modal dan motivasi untuk berbuat kebaikan” begitu ungkap Umar beberapa waktu lalu di kediamannya sambil menikmati segelas kopi hitam kegemarannya sejak dulu.
Pelajaran dari sang ayah tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupannya sampai dengan sekarang. Atas dasar membangun kepedulian terhadap sesama Umar tumbuh dan berkembang sekaligus menjalani kehidupannya dengan tanpa henti membangun kepedulian terhadap sesama.
Bersama komunitas masyarakat Generasi Muda Majalaya (GMM), yang ia pernah menjadi ketua dan sekarang menjadi dewan Pembina, Umar banyak terjun ke masyarakat Majalaya dan sekitarnya. Di GMM, Umar mengajak seluruh pemuda Majalaya dan sekitarnya untuk peduli terhadap sesama rakyat.
Di GMM, Umar memandang bahwa pemuda sebagai masyarakat yang berpotensi besar untuk membangun kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pemuda, termasuk di dalamnya GMM harus senantiasa peduli dan mau berbuat banyak untuk sesama rakyat.
Berbarengan dengan aktivitas di GMM, Bersama aktivis yang berasal dari daerah yang dialiri oleh Sungai Citarum, Umar Alam mendirikan Pusat Sumber Daya Komunitas (PSDK) sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang isinya terdiri dari aktivis-aktivis lingkungan yang berasal dari daerah yang dialiri oleh Sungai Citarum.
Bersama PSDK, Umar terjun lebih jauh dalam upaya memperbaiki kerusakan lingkungan yang begitu parah di Kabupaten Bandung. Bersama PSDK, Umar Alam mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa permasalahan lingkungan pada akhirnya juga adalah permasalahan komitmen politik dari pihak eksekutif dan legislatif.
Ketidakseriusan dan lemahnya komitmen pemerintah dalam hal upaya memperbaiki lingkungan merupakan problem utamanya. “ Salah satu lemahnya komitmen pemerintah dapat dilihat pada permasalahan limbah pabrik di Majalaya dan gundulnya hutan-hutan di daerah dataran atas di Kabupaten Bandung. Jika memang pemerintah dan anggota dewan punya komitmen dan keberpihakan yang jelas dan kuat masalah limbah dan gundulnya perbukitan tersebut harus bisa teratasi” ungkap Umar dengan kalem.
Selesai menjadi Direktur PSDK, komitmen kepedulian terhadap rakyat Kabupaten Bandung tidak berhenti. Kali ini Umar Alam didaulat untuk menjadi direktur dari Forum Diskusi Anggaran (FDA), sebuah forum gabungan seluruh masyarakat sipil di Kabupaten Bandung yang peduli pada keberpihakan anggaran terhadap rakyat.
Bersama FDA, Umar Alam sekuat tenaga mendorong pemerintah untuk mengalokasikan dana yang lebih berpihak kepada rakyat.
Di FDA, Umar Alam semakin memahami bahwa permasalahan anggaran bukanlah pada ada atau tidaknya anggaran, namun terletak pada komitmen pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang ada. Kesadaran itu semakin menguat ketika di FDA, Umar Alam berhasil mendorong penggratisan biaya kesehataan bagi masyarakat di setiap puskesmas di Kabupaten Bandung.
Sebagai dampak dari keterlibatanya tersebut, pemerintah pusat melalui kementerian kesejahteraan rakyat mendaulat Umar Alam untuk menjadi kordinator Program Aliansi Strategis untuk Pengurangan Kemiskinan di Kabupaten Bandung, atau lebih sering disebut dengan program SAPA. Sampai dengan sekarang Umar Alam masih menjadi kordinator program SAPA di Kabupaten Bandung.
Membuka Jalan
Namun demikian, di antara pengalamannya dalam membangun komitmen dan kepedulian terhadap masyarakat, keputusan untuk menjadi calon anggota legislatif bukanlah hal yang gampang untuk direalisasikan. Sejumlah tantangan siap menghadang di jalan.
Salah satu tantangan untuk mewujudkan tekadnya menjadi anggota legislatif adalah budaya politik uang yang berkembang di saat pemilihan wakil rakyat. Menghadapi situasi seperti ini Umar Alam mengatakan dengan tegas tidak akan mengikuti budaya tersebut.
Menghadapi situasi tersebut, Umar Alam akan lebih memilih untuk menjalankan strategi tanpa politik uang. Ia akan memilih jalan membangun kesadaran politik masyarakat tanpa membagi-bagikan uang kepada rakyat.
Dalam pandangan Umar Alam, ketika budaya politik uang tersebut diterapkan hal tersebut sama saja dengan membuat masyarakat semakin bodoh dan semakin memundurkan harkat dan derajat masyarakat. “Bagi saya politik itu harus mampu meningkatkan harkat dan derajat masyarakat itu sendiri, jangan sampai malah menurunkan harkat dan derajat masyarakat itu sendiri” pungkasnya.
Umar Alam akan lebih membangun dialog-dialog langsung dengan masyarakat tanpa membagikan uang dan memberikan janji-janji palsu kepada masyarakat. Selain membangun dialog yang efektif dengan masyarakat, Umar Alam juga akan membangun kerja sama dan kerja-kerja kerelawanan dengan berbagai kalangan yang setuju dengan strateginya dalam meraih suara.
Umar Alam menyadari bahwa menentang arus politik uang yang sedang berkembang bukanlah hal gampang, namun juga bukan hal mustahil. Umar Alam meyakini bahwa hal tersebut bisa dilaksanakan.
Oleh karena itu, Umar Alam menyatakan bahwa langkahnya terjun ke dalam wilayah politik dengan jalan membangun politik tanpa uang adalah ikhtiar dalam membangun jalan baru dalam berpolitik. Jalan baru tersebut adalah jalan tanpa politik uang dan janji-janji palsu seperti yang lain. “ Saya memang sedang membangun jalan politik menuju kesejahteraan rakyat yang sejati, bukan jalan lama yang dibangun dan dikembangkan oleh calon anggota legislatif yang lain”