Melanjutkan agenda Koalisi KUSUKA, yang beranggotakan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Perkumpulan Inisiatif, International Budget Partnership (IBP), SEKNAS FITRA dan Kota Kita, DPP KNTI dan Perkumpulan Inisiatif melangsungkan pelatihan pemahaman isi instrumen pendataan dan monitoring bagi surveyor/auditor KNTI dari setiap daerah.
Sebelum pelatihan, Koalisi KUSUKA beberapa kali mengadakan diskusi pembahasan instrumen bahan bakar bersubsidi untuk nelayan baik melalui zoom meeting maupun diskusi grup chat. Diskusi pertama berlangsung di zoom meeting pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 14.00 WIB.
Sekjen KNTI Iing Rohimin mengusulkan untuk memasukkan beberapa pertanyaan seperti pendidikan dan kebiasaan berobat guna mengetahui kondisi kehidupan sosial-ekonomi responden nelayan. Sementara itu, Ketua Harian DPP KNTI Dani Setiawan menyampaikan agar mendata juga anggota nelayan yang menggunakan bahan bakar gas untuk usaha perikanan.
(Dok. Pribadi) Pelatihan pengisian instrumen pendataan dan monitoring bahan bakar subsidi oleh Perkumpulan Inisiatif.
Pelatihan berlangsung selama 4 hari dengan 10 gelombang pelatihan, dari tanggal 27-30 Maret 2021. Pada hari pertama berlangsung 2 gelombang untuk peserta Surveyor yang merangkap Supervisor sedangkan 3 hari berikutnya diikuti peserta yang akan berperan sebagai Surveyor. Pada 3 hari tersebut masing-masing terdapat 3 gelombang per hari dan pada khusus pada hari terakhir kembali menjadi 2 gelombang pelatihan.
Diselenggarakan secara online oleh Dewan Pengurus Pusat KNTI, pelatihan menghadirkan Dadan Ramdan, Ari Nurman, Pius Widiyatmoko, Aang Kusmawan, Wulandari dan Assyifa dari Perkumpulan Inisiatif sebagai trainer.
Adapun peserta pelatihan merupakan kader Dewan Pengurus Daerah KNTI dari 25 wilayah di Indonesia dengan total peserta 139 orang. Mereka yang hadir berasal dari Lombok Timur, Lombok Utara, Manggarai Barat, Lingga, Pekalongan, Demak, Gresik, Surabaya, Pemalang, Sumenep, Banyuwangi, Tuban, Indramayu, Tangerang, Tanjung Balai, Batubara, Serdang Bedagai, Langkat, Aceh Selatan, Aceh Besar, Bireun, Bintan, Batam, dan Tarakan.
(Dok. Pribadi) Situasi pelatihan pengisian instrumen bahan bakar subsidi yang dihadiri beberapa daerah.
Pelatihan dirancang untuk mendukung dan membantu memudahkan para surveyor dalam proses pendataan di lapangan. Trainer memandu peserta untuk memahami setiap pertanyaan instrumen. Trainer juga meminta peserta pelatihan mengisi instrumen pendataan dan monitoring online sebagai latihan.
Pelatihan dibagi menjadi dua kategori peserta, yaitu terdiri dari Surveyor serta Surveyor yang merangkap Supervisor. Durasi waktu pelatihan bagi surveyor yang merangkap supervisor yaitu sekitar tiga jam. Waktu tersebut terhitung lebih lama jika dibandingkan pelatihan bagi surveyor yang sekitar dua jam.
Hal tersebut karena Surveyor yang merangkap Supervisor mendapat materi tambahan dalam modul pelatihan, yaitu perencanaan pengambilan data serta manajemen survey dan surveyor. Surveyor yang merangkap supervisor berperan sebagai koordinator daerah yang memantau dan mengatur surveyor dalam proses pengumpulan data.
Harapan dari pelatihan ini adalah para surveyor tidak kebingungan menghadapi pertanyaan responden mengenai isi instrumen saat survey langsung di lapangan. Selain itu surveyor juga bisa terampil saat mengirimkan data survey secara online.
Melanjutkan agenda Koalisi KUSUKA, yang beranggotakan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Perkumpulan Inisiatif, International Budget Partnership (IBP), SEKNAS FITRA dan Kota Kita, DPP KNTI dan Perkumpulan Inisiatif melangsungkan pelatihan pemahaman isi instrumen pendataan dan monitoring bagi surveyor/auditor KNTI dari setiap daerah.
Sebelum pelatihan, Koalisi KUSUKA beberapa kali mengadakan diskusi pembahasan instrumen bahan bakar bersubsidi untuk nelayan baik melalui zoom meeting maupun diskusi grup chat. Diskusi pertama berlangsung di zoom meeting pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 14.00 WIB.
Sekjen KNTI Iing Rohimin mengusulkan untuk memasukkan beberapa pertanyaan seperti pendidikan dan kebiasaan berobat guna mengetahui kondisi kehidupan sosial-ekonomi responden nelayan. Sementara itu, Ketua Harian DPP KNTI Dani Setiawan menyampaikan agar mendata juga anggota nelayan yang menggunakan bahan bakar gas untuk usaha perikanan.
(Dok. Pribadi) Pelatihan pengisian instrumen pendataan dan monitoring bahan bakar subsidi oleh Perkumpulan Inisiatif.
Pelatihan berlangsung selama 4 hari dengan 10 gelombang pelatihan, dari tanggal 27-30 Maret 2021. Diselenggarakan secara online oleh Dewan Pengurus Pusat KNTI, pelatihan menghadirkan Dadan Ramdan, Ari Nurman, Pius Widiyatmoko, Aang Kusmawan, Wulandari dan Assyifa dari Perkumpulan Inisiatif sebagai trainer.
Adapun peserta pelatihan merupakan kader Dewan Pengurus Daerah KNTI dari 25 wilayah di Indonesia dengan total peserta 139 orang. Mereka yang hadir berasal dari Lombok Timur, Lombok Utara, Manggarai Barat, Lingga, Pekalongan, Demak, Gresik, Surabaya, Pemalang, Sumenep, Banyuwangi, Tuban, Indramayu, Tangerang, Tanjung Balai, Batubara, Serdang Bedagai, Langkat, Aceh Selatan, Aceh Besar, Bireun, Bintan, Batam, dan Tarakan.
(Dok. Pribadi) Situasi pelatihan pengisian instrumen bahan bakar subsidi yang dihadiri beberapa daerah.
Pelatihan dirancang untuk mendukung dan membantu memudahkan para surveyor dalam proses pendataan di lapangan. Trainer memandu peserta untuk memahami setiap pertanyaan instrumen. Trainer juga meminta peserta pelatihan mengisi instrumen pendataan dan monitoring online sebagai latihan.
Pelatihan dibagi menjadi dua kategori peserta, yaitu terdiri dari Surveyor serta Surveyor yang merangkap Supervisor. Durasi waktu pelatihan bagi surveyor yang merangkap supervisor yaitu sekitar tiga jam. Waktu tersebut terhitung lebih lama jika dibandingkan pelatihan bagi surveyor yang sekitar dua jam.
Hal tersebut karena Surveyor yang merangkap Supervisor mendapat materi tambahan dalam modul pelatihan, yaitu perencanaan pengambilan data serta manajemen survey dan surveyor. Surveyor yang merangkap supervisor berperan sebagai koordinator daerah yang memantau dan mengatur surveyor dalam proses pengumpulan data.
Harapan dari pelatihan ini adalah para surveyor tidak kebingungan menghadapi pertanyaan responden mengenai isi instrumen saat survey langsung di lapangan. Selain itu surveyor juga bisa terampil saat mengirimkan data survey secara online.