Seiring dengan perkembangan teknologi, Short Message Service (SMS) seringkali tidak dianggap lagi sebagai medium pengiriman pesan yang efektif. Namun, tidak bagi Rustianto Amron atau yang biasa disapa Tepos, Koordinator Komunitas Angkringan Media. Ia adalah salah satu narasumber dalam kelas diskusi JMR 2016 bertajuk, “SMS sebagai Media Informasi dan Konsultasi dalam Komunitas”. “SMS bukan merupakan teknologi yang ketinggalan, melainkan cepat dan tepat untuk menyampaikan informasi,” paparnya dalam diskusi yang bertempat di Bioskop JMR 2016, (22/4)
Bagi Tepos,SMS adalah medium pengiriman pesan yang dekat dengan masyarakat serta menjadi ruang penyampaian aspirasi yang efektif. Hal ini nampak dalam sistem yang dikembangkan oleh Komunitas Angkringan Media, yang mereka beri nama Media SMS 160 karakter (MK160). Sistem ini kini sedang dikembangkan di daerah Umbulharjo, Yogyakarta. Menurut Tepos, Media ini merupakan sarana penyampaian informasi kepada masyarakat yang tepat sasaran. “Ya jadi informasi disebar sesuai dengan kebutuhan. Misal untuk ibu hamil ya informasinya untuk ibu hamil. Atau untuk kelompok ronda ya informasi hanya untuk mereka,” jelasnya.
Hal ini bertujuan agar informasi tidak menjadi spam (informasi tidak berguna) bagi penerimanya. Sistem yang dikembangkan ini berbasis pada data base masyarakat yang selalu diperbarui perangkat desa, seperti ketua RT. Menurut Tepos, respons masyarakat terhadap sistem ini cukup baik dan merupakan perwujudan dari kehendak masyarakat yang tidak lagi menjadikan radio dan tabloid sebagai medium pesan yang mereka butuhkan.
Sejalan dengan sistem ini, Rizky Estrada, Peneliti Perkumpulan Inisiatif Bandung bersama dengan timnya mengembangkan aplikasi berbasis teknologi SMS yang terkenal dengan nama ‘Bunda Text Talk’ (BTT). Senada dengan Tepos, bagi Rizky, SMS masih menjadi teknologi yang efektif dalam menyampaikan pesan. “Di desa jangkauan internet masih sulit, dengan SMS bisa menjangkau semua orang,” imbuhnya dalam diskusi yang dipimpin oleh Eni Maryani dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung (Fikom Unpad) sebagai moderator.
BTT merupakan sistem yang dikembangkan khusus bagi Ibu hamil yang didampingi oleh bidan desa sebagai narasumber yang terpercaya. Setiap ibu hamil dan pendamping akan mendapat layanan pesan pengingat setiap minggu, maksimal sebanyak tiga kali. “Informasi yang ada berasal berdasar pengetahuan pihak bidan yang jelas dan disusun oleh pengelola desa,” jelas Rizky. Layanan yang ada tidak berbayar dan pendekatan yang dilakukan adalah berdasar pada kebudayaan setempat sehingga informasi dapat diterima dengan mudah.
Setuju dengan pemanfaatan teknologi SMS ini, Uud Wahyudin, Dosen Fikom Unpad ,menambahkan, SMS merupakan medium yang paling diketahui oleh masyarakat, secara khusus masyarakat desa. Meski sejak dahulu seringkali masyarakat mengandalkan radio. “Dahulu memang radio menjadi medium pesan yang baik, namun radio kini tidak lagi mudah diakses bagi seluruh masyarakat. Masyarakat juga sudah mulai meninggalkan radio,” paparnya. Selain itu melalui SMS, validitas pesan yang ada diketahui secara jelas karena pengelolanya adalah berasal dari masyarakat atau komunitas yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Penulis: Brigita Febrina Ayu Rumung
Editor: Lamia Putri Damayanti
Sumber : http://jmr2016.combine.or.id/2016/04/23/sms-bukan-teknologi-terbelakang/ (akses 4/27/2016 11:02:51 AM)